Menjawab Kritikan Dunia Lewat Buku "Kembalikan Harum Citarum”

Buku paparan jurnalistik telisik prajurit TNI yang perang melawan perusakan ekosistem dan pencemaran limbah industri polutan di Sungai Citarum yang dijuluki internasional "sungai terkotor sedunia", diluncurkan sebagai kado HUT BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) ke 11. Buku berjudul "Kembalikan Harum Citarum" ditulis wartawan senior Joko Irianto Hamid dan Esa Tjatur Setiawan. Terkait buku ini, Joko Irianto Hamid membeberkannya kepada Kantor Berita , Senin (28/1). "Pencemaran Citarum yang sejak 2013 divonis sungai terkotor sedunia oleh Black Smith Institute, organisasi nirlaba berbasis di New York, sangat merendahkan martabat bangsa. Ini bencana besar. Karena itu, buku ini juga kita jadikan kado HUT BNPB pada Jumat lalu," kata Joko.


Menurut Joko Irianto, tim penulis tidak menyangka Kepala BNPB Letjen Doni Monardo sangat mengapresiasi peluncuran buku yang isinya menelisik prajurit "Maung Siliwangi" memulihkan kerusakan ekosistem sungai terpanjang di Jawa Barat (269 Km) hingga dapat lebel sungai terkotor sedunia, bahkan tiga tahun sebelumnya (2010) media huffington post Amerika memasukkan dalam kategori 9 sungai terburuk di muka bumi, itu saat menjabat Pangdam Siliwangi menjadi pelopor.

"Kami tidak mengira Kepala BNPB memberi ruang peluncuran buku di acara HUT BNPB. Berkat keterbukaannya dan menghargai peran pers saat menjabat Pangdam Siliwangi, kami tim penulis tidak banyak hambatan selama menelisik Citarum yang dipandang rendah internasional," kata mantan wartawan senior Jawa Pos ini.

Buku ini menelisik kondisi Citarum yang mencemaskan, akibat pencemaran berat limbah berbahaya yang puluhan tahun dibuang secara tidak bertanggungjawab oleh sebagian besar 1900 industri. Dan, sungai bagak bak sampah raksasa karena menampung sampah domestik yabg dibuang masyarakat di sepanjang DAS Citarum. Akibatnya, rawan longsor dan rawan luapan banjir, karena tidak ada akar yang berfungsi menyerap air hujan dan mencegah longsor.

"Sejak akhir 2017, Kepala BPNP Letjen Doni Monardo saat menjabat Pangdam Siliwangi membuat program Citarum Harum, mengerahkan 22 kolonel untuk memimpin pembersihan sampah DAS Citarum dan menata ekosistem dengan membagi per wilayah sektor. Kemudian dilanjutkan pangdam-pangdam penggantinya," jelasnya.

Menurut Joko, terobosan besar Doni Monardo merupakan solusi penanganan permasalahan DAS Citarum sejak Orde Baru yang menelan anggaran lebih dari puluhan triliun, namun tidak membuat kualitas sungai membaik. Bahkan, World Bank juga menjuluki sungai terkotor sedunia.

"Hasil telisik berbagai narasumber, semua itu akibat penanganan cenderung parsial, ego sektoral. Bahkan penanganan pencemaran,  gubernur ada yang pernah tidak digubris saat mengundang industri tekstil besar di wilayahnya. Wajar, kalau Jawa Barat gudangnya profesor dan ulama, tidak berdaya menghadapi sungai tumpuhan hidup puluhan juta masyarakat menhadi rusak berat," ungkap Joko sembari menyebut buku digagas pegiat kebudayaan Almarhum Sys NS.

Buku yang isinya terbagi 11 bab ini dilengkapi tulisan prolog Direktur Greanpeace Indonesia Leonard Simanjuntak, dan Presiden Asosiasi Profesor dan Doktor Hukum Indonesia Dr Dewi Heniarti yang penyusun draft Perpres No 15 Tahun 2018.[aji

ikuti terus update berita rmoljatim di google news